Senin, 5 Mei 2025


Aura Semangat Mahasantri Ma'had Aly Al Falah Dalam Pembukaan MMU 2025
Aura Semangat Mahasantri Ma’had Aly Al Falah Dalam Pembukaan MMU 2025

    Kediri – MA AL FALAH

     Malam itu, suasana Pondok Pesantren Al Falah terutama di ruang perpustakaan Ma’had Aly Al Falah tampak lebih ramai dari biasanya. Ruangan perpustakaan dipenuhi santri dari berbagai jenjang, duduk rapi dengan kitab-kitab di tangan, wajah-wajah penuh semangat menanti dimulainya acara Pembukaan Majlis Musyawarah Umum (MMU) Ma’had Aly Al Falah tahun 2025.

     MMU memang sudah menjadi bagian dari denyut kehidupan pesantren ini. Diadakan rutin setiap minggu, majelis ini menjadi ruang intelektual tempat para santri membahas berbagai problematika Islam kontemporer dengan pendekatan keilmuan pesantren yang kuat. Namun, pembukaan MMU selalu memiliki nuansa istimewa—lebih khidmat, lebih bersemangat, dan dihadiri para kyai-kyai dan guru-guru terhormat.

     Tahun ini, pembukaan MMU Ma’had Aly Al Falah terasa sangat istimewa dengan hadirnya empat tokoh penting pesantren: Kiai Arsyad Busoiry, Kiai Muhammad Maksum, Kiai Ardani Ahmad, dan Kiai Abdul Mannan. Kehadiran mereka menjadi semacam suntikan energi moral dan ilmiah bagi para santri yang ingin terus menghidupkan tradisi musyawarah.

     Dalam wejangannya, beliau menyampaikan pentingnya MMU sebagai sarana membentuk karakter santri yang tidak hanya alim, tetapi juga bijak dan mampu bermasyarakat.

     “Santri itu bukan hanya paham kitab, tapi juga peka pada zaman. Musyawarah ini adalah latihan berpikir, sekaligus latihan mendengar,”  ujar beliau Kiai Ardani Ahmad, dengan nada lembut namun tegas.

     Soal pembukaan MMU 2025 bertema “Lafadz Mua’dzom Di Kertas Terbengkalai”. Yang harapannya mahasantri dapat memberikan hukum bagaimana ketika ada Lafadz Mua’dzom di jadikan bungkus makanan ?

     Kiai Muhammad Maksum dalam tanggapannya menambahkan “MMU ini bukan hanya tempat bicara, tapi tempat merumuskan sikap. Santri harus belajar berbicara dengan ilmu dan hati.”

     Dengan dibukanya MMU 2025, semangat baru pun mulai terasa. Para santri tampak lebih antusias, lebih berani menyuarakan pandangan, dan yang terpenting: lebih sadar akan peran mereka sebagai calon pemikir Islam masa depan.

     Semoga MMU tahun ini terus menjadi cahaya—bukan hanya bagi pondok, tapi juga bagi umat. Karena dari musyawarah inilah, lahir gagasan-gagasan besar yang bisa menjawab zaman tanpa kehilangan akar.

MA’HAD ALY AL FALAH